Senin, 25 Januari 2010

Explosive

Tentang hati yang tak tenang
dan bayangan masa masa silam
kemana jernih berpikir
kian berdebat tuk satu menyingkir

Ingin kupecahkan satu persatu
tebing es ini
dia menjulang terlalu tinggi
dengan kenangan memalukan terekam didalamnya
Rasanya aku mau gila
setiap kali terngiang hujam cercanya

***

Bolehkah kunyatakan - walau dia tak tahu?
sudah 1000 puisi yang menyatakan bahwa dia selamanya mencintaiku
Tapi terlalu lebay itu semua
Itu tak berlaku bagi perasaanku padanya

Siapa bilang cintamu baru akan kurasakan jika kamu tiada?
Itu pernyataan paling bullsh** yang pernah aku dengar darimu, jalang
Justru tanpamu aku bebas
Aku bisa menjadi siapapun yang aku mau
Tanpa terkekang otoritasmu

Pergilah sayang, aku bisa keracunan bila terus melihatmu

Jumat, 22 Januari 2010

Tentang Jejakmu di Masa Kelam

aku baru sadar
tentangmu
dan segala tulisan
yang pernah kusebarkan

akan aku rasakan
efeknya
mungkin tak lama lagi

sesuatu yang sudah lama
namun baru kutahu sekarang
atau mungkin nuraniku yang kurang peka
hingga aku baru tergerak sekarang

untukmu
yang telah membaca semua itu tentangku
tolong jangan terlalu dianggap
itu sudah lalu

aku sudah berubah, ya akhi...
seiring guratan mentari Sastra yang memecah sisi kelabu
saat setahun dulu

terimalah sebuncah mohon ampunku dari kesadaran yang paling atas
yang paling nampak oleh semua cahaya yang meliputimu

dan akupun akan selalu menjaga setiap nada yang melantun dalam untaian kataku.

Rabu, 13 Januari 2010

ANA UHIBBUKI FILLAH, UMMI.... (Ibu, aku mencintaimu karena Allah)- untuk Bu Rusna Laksmisari di Ultah ke 41

Kadang, aku merasa ingin sepertimu
menjadi selembar benang emas dalam sinaran sang fajar
bagi seluruh jiwa yang berlutut dalam sunyi
ditengah perjuangannya mencari jalan
untuk menggapai masa-masa emas yang dinantikan

Sudah empat dekade lebih lilin itu kau nyalakan
dan ia tak pernah padam
Ia mengiringi setiap nyala semangat dan hasrat yang pernah terpanjat pada-Nya
Dalam cahaya yang kau pancarkan,
Ada sekilas warna impian yang bertahan
Ketika itu aku sampaikan
“Ibu, aku ingin menuntut ilmu di negeri orang”

Kadang, aku merasa ingin sepertimu
Ketika berdiri menghadap teruna-teruni yang kaucintai
Dan merangkaikan semangat itu pada mereka
Kaurangkai dalam melodi yang membuat sejenak darahku membeku
Dan ketika ia mengalir lagi, aku merasa lebih tenang

Jika sungai yang mengalir ke samudra restumu itu bisa kulayari
Aku ingin mereguk secawan airnya sebelum aku pergi
Agar aku yakin pada mimpi-mimpiku itu
Dan aku tetap menjadi aku
Walau aku sedang ternyana tak percaya di negeri antah berantah nyata

Karena aku menyayangimu seperti aku menyayangi saudara sendiri
Saudara terindah yang belum pernah aku miliki


Kompleks ormawa Fak. Sastra, 2 Januari 2010

Senin, 14 Desember 2009

Aku Cuma Pritha

Meski kalian semua adalah ibuku,
ayahku, senior-seniorku, adik-adikku,
dan saudara-saudaraku yang irama detak darahnya sama
namun aku tahu aku ini siapa.

Meski kau hafal nyanyian dengkurku dan selalu menirukannya dalam lelapmu
dan akupun telah menyerap strategimu menantang jaman
namun aku tahu langkahku ada batasnya

kau tahu, denganmu aku bahagia
kau tahu, disini kurasakan segalanya

Aku cuma Pritha yang sedang belajar ilmu Bahasa
aku cuma Pritha yang ingin memasak untuk semua
aku cuma Pritha yang masih semester satu
aku cuma Pritha yang tidak tahu apakah nanti beneran akan jadi guru
aku cuma Pritha yang datang kesini atas nama rindu

maka dari itu aku tak berani minta
kecuali kau menawarkannya;
itupun aku akan berpikir lagi sebelum bilang 'ya!'

walau aku cinta kalian
dan aku juga keluarga kalian
tapi aku tahu batasan - aku tahu aku ini siapa.

Setidaknya Awan Telah Berjanji

Setidaknya awan telah berjanji
untuk menggaungkan kembali kisah yang lama
yang dulu pernah kuukir
ketika seribu mentari tak bisa mencari pelangi
andai aku tak cukup usang untuk memelukmu lagi
pasti besok aku sudah memberimu jawabannya

ah, sayang. mungkin ambiguitas yang kita hadapi selama ini terlalu kita seriusi,
sehingga kita sering tak sadar
bahwa sesungguhnya kita sedang disuruh merajut benang merah
yang akan dijadikan bingkai sejarah
yang takkan pudar diterpa cahaya berpendar

***

Itu aku,
yang berteriak "Legato, Fight!!" sambil berlalu
didepan rumahmu
namun kau tak tahu

kau kira aku tahan kau tinggal sebulan
kau kira aku akan merenung dirumahmu
kau kira aku hanya akan memandang ruang HMJ dengan tatapan hampa

tapi, sayang...
secara tidak sadar kau telah mengajariku
untuk menyisipkan namamu dalam nyanyianku
sehingga aku tak merasa kau sedang pergi

Setidaknya awan telah berjanji
untuk menarikan tarian yang dulu pernah kuajarkan kepada mereka
pada saat nanti kau datang
dari perjalananmu di negeri orang
untuk merebut hati Tuhan

dan kini ketika kau kembali
serempak semua bersorak
"Hai, kisah kita sudah dicatat di dalam nyanyian sejarah!"