Recited on the surprise wedding celebration held by Cinta Class to our sensei :)
beneath the dusk sky
the doves are flying, starring at the clouds,
asking, "Yuuhi ga shizumu sora wo miteiru ka?"
as the sun sets, loneliness ends
you are ready to open a new chapter,
and write on its page with the color gold
the sunshine lines scattered the clouds
and let a brighter day begin for you
as the doves flying, staring at the sky
asking, "Aozora yo sabishikunai ka?"
no, the blue sky isn't lonely anymore
here, angels are all present, praying for you
extending God's bless for you
on a brighter day, a new chapter
for her as a wife and you as a husband
here everyone is saying the same prayer,
barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jama'a bainakuma fii khair :)
Minggu, 30 Oktober 2016
Minggu, 28 Agustus 2016
Dentangan Lagu Kota Brisbane
Hiruk pikuk kota Brisbane yang menghujam ruang hampa udara di setiap pertigaan,
Jarak yang berusaha dilipat antara hela nafas satu dan yang lainnya
Setapak demi setapak langkah yang dirangkai di Santa Lucia
Akan menjadi melodi yang nanti mengalun setelah aku mati
Diantara bangunan tua berdinding coklat muda,
Dan spanduk-spanduk ungu yang terbentang di lapangan hijau
Riak-riak yang menggelegak entah kemana
Aku tak tahu ini tempaan apa, dan apa yang akan terbentuk setelahnya
Apakah memang ini garis yang dulu pernah kugambar
Lagu yang didentangkan setiap hentak kaki yang berlalu lalang
Di sini, di kota Brisbane
Akan kuperdengarkan hingga 4,761 kilometer ke barat daya
Dan tak pernah berhenti meski nanti aku sudah mati
Jarak yang berusaha dilipat antara hela nafas satu dan yang lainnya
Setapak demi setapak langkah yang dirangkai di Santa Lucia
Akan menjadi melodi yang nanti mengalun setelah aku mati
Diantara bangunan tua berdinding coklat muda,
Dan spanduk-spanduk ungu yang terbentang di lapangan hijau
Riak-riak yang menggelegak entah kemana
Aku tak tahu ini tempaan apa, dan apa yang akan terbentuk setelahnya
Apakah memang ini garis yang dulu pernah kugambar
Lagu yang didentangkan setiap hentak kaki yang berlalu lalang
Di sini, di kota Brisbane
Akan kuperdengarkan hingga 4,761 kilometer ke barat daya
Dan tak pernah berhenti meski nanti aku sudah mati
Minggu, 08 November 2015
Mengapa begitu jauh?
Mengapa begitu jauh?
Bahkan teleskop mahacanggih paling mutakhir tak akan bisa melihatnya
kerikil-kerikil yang entah dari mana mereka tahu aku disini,
seolah menahanku, berkata "Sudah, injak saja!"
walau aku tahu,
nanah, darah, dan semua sampah atas jelaga yang selama ini kuhirup
akan memakan kakiku sendiri.
Mengapa begitu jauh?
Jangankan cempaka kuning jingga,
Hitam biru coklat pun jauh sekali.
Cempakaku....
Hitam biru coklatku.....
Aku salah jalan?
morfin virtual yang terus kusaksikan
padahal aku sudah tahu ia akan merenggut selaput-selaput di jantungku
Terus menggerogoti, dan kerikil yang berlomba melubangi tirai kesadaranku akan keberadaannya.
Aku kini tak tahu akan menghela angin ini kemana.
Dan mengapa semuanya begitu jauh,
Jangankan cempaka kuning jingga.
Hitam biru coklat pun entah dimana.
Kadang cempaka lebih indah daripada permata.
Hanya hati yang tahu kenapa aku mengejarnya....
Bahkan teleskop mahacanggih paling mutakhir tak akan bisa melihatnya
kerikil-kerikil yang entah dari mana mereka tahu aku disini,
seolah menahanku, berkata "Sudah, injak saja!"
walau aku tahu,
nanah, darah, dan semua sampah atas jelaga yang selama ini kuhirup
akan memakan kakiku sendiri.
Mengapa begitu jauh?
Jangankan cempaka kuning jingga,
Hitam biru coklat pun jauh sekali.
Cempakaku....
Hitam biru coklatku.....
Aku salah jalan?
morfin virtual yang terus kusaksikan
padahal aku sudah tahu ia akan merenggut selaput-selaput di jantungku
Terus menggerogoti, dan kerikil yang berlomba melubangi tirai kesadaranku akan keberadaannya.
Aku kini tak tahu akan menghela angin ini kemana.
Dan mengapa semuanya begitu jauh,
Jangankan cempaka kuning jingga.
Hitam biru coklat pun entah dimana.
Kadang cempaka lebih indah daripada permata.
Hanya hati yang tahu kenapa aku mengejarnya....
Minggu, 01 November 2015
Hitam, Biru, Coklat.
Hitam. Ujung hari
Yang mengajakku untuk merenung dalam muhasabah.
Segaris harapan baru yang semoga besok masih ada.
saat Tuhan turun menyapa hamba-Nya,
berkata "Aku sedekat ini, sesuai prasangkamu. Kau yakin kan, semua ini akan jadi nyata?"
Biru. Langit pagi yang selamanya begitu - mungkin hari berputar, tapi warna ini yang akan selalu aku bawa.
Yang aku cari ketika semua berubah kelabu, aku yakin kau masih disana, biru.
Coklat. warna tanah yang kuinjak.
Mengingatkan aku bahwa kepada tanah aku akan kembali nantinya.
Agar aku tak bersifat langit.
Hitam, biru, coklat - benang yang akan kugenggam nanti
Kurajut atas bimbingan mereka. Menjadi selendang yang membalutku selamanya
Dua tahun aku akan merajutnya, dengan tangan yang luka
Aku sudah sangat tahu jalan apa yang akan kutempuh,
dan karenanya aku percaya.
Kau akan membantuku membasuh dahaga yang memenuhi jiwa yang berjelaga,
oleh karena asap kelam yang kuhirup selama ini.
Tangan-Nya disalurkan lewat kalian semua. Ah, sensei.....
tunggu aku di pintu itu! aku akan merajut hitam biru coklat itu,
tanganku akan terulur di musim semi.
ambillah ketika angin pergantian musim itu berhembus.
Yang mengajakku untuk merenung dalam muhasabah.
Segaris harapan baru yang semoga besok masih ada.
saat Tuhan turun menyapa hamba-Nya,
berkata "Aku sedekat ini, sesuai prasangkamu. Kau yakin kan, semua ini akan jadi nyata?"
Biru. Langit pagi yang selamanya begitu - mungkin hari berputar, tapi warna ini yang akan selalu aku bawa.
Yang aku cari ketika semua berubah kelabu, aku yakin kau masih disana, biru.
Coklat. warna tanah yang kuinjak.
Mengingatkan aku bahwa kepada tanah aku akan kembali nantinya.
Agar aku tak bersifat langit.
Hitam, biru, coklat - benang yang akan kugenggam nanti
Kurajut atas bimbingan mereka. Menjadi selendang yang membalutku selamanya
Dua tahun aku akan merajutnya, dengan tangan yang luka
Aku sudah sangat tahu jalan apa yang akan kutempuh,
dan karenanya aku percaya.
Kau akan membantuku membasuh dahaga yang memenuhi jiwa yang berjelaga,
oleh karena asap kelam yang kuhirup selama ini.
Tangan-Nya disalurkan lewat kalian semua. Ah, sensei.....
tunggu aku di pintu itu! aku akan merajut hitam biru coklat itu,
tanganku akan terulur di musim semi.
ambillah ketika angin pergantian musim itu berhembus.
Minggu, 30 Agustus 2015
Aku Tersenyum Sambil Menangis
(terjemahan lagu Nakinagara Hohoende dari AKB48, translated by me)
Selamat tinggal
yang kau siratkan
Tersembunyi di
dalam tlapak tanganmu
Kelembutanmu
membuatku berdebar
Dan hangatkan
hatiku
Bulir salju yang
dihembus angin
Perlahan mulai
meleleh
Aku ingin cinta
kita
Slalu begini
selamanya
Aku tersenyum
sambil menangis
Lalu kulihat
dirimu pergi
Berkali-kali aku
berhenti
Menoleh ke belakang
dengan prasaan
khawatir
Aku tersenyum
sambil menangis
Hingga bisa
terbiasa sendiri
Aku tak bisa
tinggalkan tempat ini
Ku melambaikan
tangan
Perlahan
kenangan itu memudar
Aku ingin
denganmu….
Ku berusaha
tahan tangisku
Melawan perasaan
di dalam dada
Tetapi pada saat
bersamaan
Masa depan kan
datang
Perlahan bulir
salju menggumpal membebani ujung ranting
Tapi beratnya
cintaku tak akan pernah menghilang
Apa yang harus
aku lakukan?
Saat terluka
seperti ini
Walaupun aku
membuka payung
Air kesedihan
jatuh aliri pipiku
Apa yang harus
aku lakukan?
Hatiku begitu
gemetaran
Bagiku kau
sungguh orang yang terpenting
Jejak kakimu
bilang,
Bahwa kita kini
skarang berjalan di tempat yang berbeda
Langganan:
Postingan (Atom)