Ketika lembar ke-15 dilukis pena hidupku
kala itulah kita bertemu
lewat dentang fisika yang mengalun diatas jiwa
kertas-kertas penuh dengan angka
formasi yang ingin disempurnakan jawabannya
tapi tangan kelu bisu tak bisa
menuntun membiru tinta
diatas kertas ulangan fisika
langkahku menyimpang dari apa yang aku minta
(ya udah, emang bukan jalanku taun depan ketemu fisika)
Ibu, meski kau tak ikut melahirkan aku
tapi disini kurasakan
ada talian yang sangat dalam
ketika doa aku panjatkan
disini, di tebing hati
ada damai merayapi jarak yang meninggi
kehangatan merambat memanjang
dan memformasikan wajah arifmu
ibu, aku selalu ingin menjadi sahabatmu
meski tak serumpun
dan bila harus berpisah
aku pasti masih mengingatmu
sebagai mutiara terindah sepanjang rok abu-ab
yang nanti akan aku rindu
(karena aku menyayangimu, ibu)
Terimakasih Ibu
Selama 3 tahun merengkuh aku
Yang berusaha menulis sajak diatas buku fisika
Meski tak sejalan
Namun kita akan terus menjaga nyala lilin persahabatan
Dan aku akan tetap memanggilmu ibu dengan penuh nada yang sayang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar