Kini 20 hari perjalanan itu telah berlalu, bunga tanjungku
bila kubaca dari sinar wajahmu, aku tahu
bahwa arah sinar yang kau rancang telah tentu
bunga tanjungku, ketika angin berhembus ke selatan
kau selalu bilang "aku ingin pulang"
sambil menyinarkan lampion biru yang kemarin kita kerjakan
ketika engkau tersipu malu, aku tunjukkan baris-baris yang tergambar di langit
agar kau tahu bahwa jalan kita tak pernah sempit
bunga tanjungku, terekam olehku kisah saat aku menulis pesan di kaca berdebu
ketika di parkiran belakang A1 kau letakkan lampion biru itu
aku bertanya ada apa denganmu?
Bunga tanjungku,
aku masih menunggu hari itu
dimana aku akan pergi
membawa sinaran lampion biru
kau boleh tunggu aku di gedung A1
karena... bunga tanjungku,
aku akan berpindah haluan,
mengikuti manuver burung elang
menuju bukit untuk melihat matahari terbenam
aku akan berpindah haluan,
keluar dari dapur yang penuh jelaga
keluar dari laboratorium produksi boga yang menyimpan bangkai sapi dan ikan
keluar dari laboratorium pastry yang bergelayut sarang laba-laba
keluar dari laboratorium tata hidang yang atmosfernya kelam
keluar dari bau gas yang mulai menggerogot sukma
aku akan berpindah haluan,
melepaskan diri dari darah otoritas
yang semakin pekat ibarat kabut di hutan belantara
jalan ini masih panjang, bunga tanjungku
dosen dosen keterlaluan itu belum memasang penghalang
roket ini akan melaju kencang
aku akan terbang
membelah langit hitam
dengan sinar lampion biru tak terkalahkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar