Tetaplah menjadi bianglala di tepi selimut pagi, pria klorida
Karena memang engkaulah jawabannya
Dari kegamangan kisah cinta
Diatas langit biru yang tersenyum haru
Ikrarkan cinta dalam setiap asa
Terpalah butir-butir keabadian mimpi ini
Dengan bunga kemenangan
Yang putiknya terbuat dari emas murni
Apalah artinya itu, sebuah kesempatan
Jika untuk melangkah kakiku ditahan
Jika untuk berkata lidahku dipegang
Jika untuk mendongak kepalaku dirunduk
Kau bukakan mataku pada pena-pena warga negeri ini
Dan mengajariku mengukir sajak diatas jejak para petinggi
Untuk dibaca dewi angkasa
Ceritakanlah pada aku lebih banyak lagi
Bulir-bulir yang harus aku kais untuk dibentang di atas hati
Seperti itulah kurasakan hangatmu
Seolah belum ada sebelumnya
Pria klorida di langit bersahaja
Yang memberiku mata kuliah ilmu jatuh cinta
Hingga kita sama-sama meluluh lantak airmata
Adakah hampa
Jauh disana
Karena aku melihatmu tertawa, dan aku bahagia
Hanya dari selempar senyum saja
XII IPS 3, Februari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar