Kamis, 19 Mei 2011

112306

Bilakah aku dapat memanggil kembali awan yang dulu menaungiku
Bilakah angin meniupkan kembali lagu perjuanganmu
Bila guratan sinar mentari yang terpatri di senyum kami dapat membuatmu setuju
Aku ingin mengajakmu menyinarkan mentari
Di langit hati yang kelam sepi

Aku ingin mengangkat warna yang disinarkan ibu kalian
Menjadi sekelebat cahaya berpendar
Merendanya menjadi sebuah pernyataan
Yang mengingkari rasa jengah

Bilakah pijaran bintang dapat kugenggam
Ingin kurajutkan sinarnya untuk menyadarkanmu
Bahwa impian itu tak akan padam
Dan senantiasa mengalir bila aku mengingat kalian

aku masih yakin cahaya itu tetap ada, dan ia masih menyinari tempat yang sama :))

Malam 1500 kata

layar putih biru tak henti menghentikanku
kawan yang berbagi rasa
wajah-wajah yang terekam dalam tawamu
dan pikiran itu kalian paparkan padaku

Aku juga mengalami yang sama,
ketika terekam tersimpan semua
aku ingin membagi rasa itu padamu
aku tahu apa yang kau rasa

larutkan aku dalam kisah dan cengkrama
ketika semakin larut dan gulita
menyatukanku dan membuatku membahana
hingga aku tak tahu harus menulis apa

aku diminta menjadi seorang ibu yang melahirkan 1500 kata
ketika hitam melukis cakrawala,
dan layar putih biru berkibar di dunia maya

mendekapku
menghentikanku

hingga akhir malam telah mencapai sepertiga,
dan kata-kata menyeruak dari rahim ibunya.

Rabu, 18 Mei 2011

Dahulu lagi

aku berjalan diatas padang rumput yang kugemburkan sendiri.
mencari segenggam kerikil, yang dibawa embun pemanggil pagi.

aku berjalan diatas pelangi yang kulukis sendiri
untuk memancangkan tombak mimpi yang selalu tegak berdiri

aku menari diatas angin yang kutiupkan sendiri
agar aku bisa melihat jalan yang aku cari

aku mengibarkan bendera inggris yang kujahit dari kain sisa
dikala prosa menuntutku merangkai dua ratus, lima ratus, seribu lima ratus kata

aku memanggil kembali angin yang menerpaku
di penghujung tahun 2007
ketika meteorku kulesatkan dari tangan yang kedinginan
"carikan aku lilin!", aku bilang
namun dia memberiku obor.

aku kembali menyarukkan kakiku di jalan penuh debu
berharap tendangannya dapat melukis wajahmu
dan juga sang lampion biru yang kita nyalakan di akhir tahun 2007
di tempat parkir rektorat, gedung A1.

aku pantikkan api, tapi ternyata sumbu lilinku terbuat dari salju.


***

(kata anak SMA,
aku seperti HP yang kehilangan chargernya.
tapi pemilik HP memutuskan untuk mengganti HP baru.
dan ketika HP sudah baru, charger lama ketemu.)


***

aku masih ingat pesanmu,
untuk menyediakan segenggam kerikil
apabila kamu ingin menangis.