Minggu, 30 November 2008

Dulu... (Adakah kau tahu?)

dulu

kala kau membangun kebahagiaan dalam hidupmu

ada sebongkah batu tercecer.

kau tahu?

dulu

kala kau merajut untaian tawa dalam mengisi hari-harimu

ada sehelai benang terlepas

kau sadar?

dulu

kala kau melukis harmoni dan cinta untuk mewarnai hidupmu

ada cat yang tumpah

dan mengalir bersama hujan.

kau merasa?

dan kini

batu itu kembali

bersama benangnya

dan juga catnya.

batu itu

benang itu

cat itu

.... adalah aku

aku, masih merasa menjadi bagian dalam hidupmu, masih melintas di syaraf-syarafmu

masih mengalir bersama darahmu, masih berderak bersama detak jantungmu

masih bertiup bersama nafasmu

dan aku ingin kau mengambil keputusan mengenai keberadaanku

aku masih ingin berada di tengah kehidupanmu

Adakah kau tahu?

Sabtu, 22 November 2008

SHALALA LALA

biarkan angin meniupkan udara baru ke paru paruku pagi ini

dan aku akan bangun untuk pergi

mencoba berlari untuk merasakan cahaya sang surya

yang menerpa embun dan membiaskan warna-warna

di setiap pergantian hari

setidaknya ada satu bintang berdendang

sambil mengucapkan suatu janji

bahwa esok akan menjadi hari yang riang

dan orkestra alam yang menggema di seluruh penjuru alam raya

pagi ini menggaungkan satu nada ceria

benang sinaran mentari adalah tongkat dirigen yang mengayun menyinarkan warna

mengajak seluruh dunia bergembira

dalam satu irama ceria

katakan,

shalala lala.....

AKU TETAP MEMANGGILMU IBU (Ketika aku harus pergi dari sekolah ini)

Ketika lembar ke-15 dilukis pena hidupku

kala itulah kita bertemu

lewat dentang fisika yang mengalun diatas jiwa

kertas-kertas penuh dengan angka

formasi yang ingin disempurnakan jawabannya

tapi tangan kelu bisu tak bisa

menuntun membiru tinta

diatas kertas ulangan fisika

langkahku menyimpang dari apa yang aku minta

(ya udah, emang bukan jalanku taun depan ketemu fisika)

Ibu, meski kau tak ikut melahirkan aku

tapi disini kurasakan

ada talian yang sangat dalam

ketika doa aku panjatkan

disini, di tebing hati

ada damai merayapi jarak yang meninggi

kehangatan merambat memanjang

dan memformasikan wajah arifmu

ibu, aku selalu ingin menjadi sahabatmu

meski tak serumpun

dan bila harus berpisah

aku pasti masih mengingatmu

sebagai mutiara terindah sepanjang rok abu-ab

yang nanti akan aku rindu

(karena aku menyayangimu, ibu)

Terimakasih Ibu

Selama 3 tahun merengkuh aku

Yang berusaha menulis sajak diatas buku fisika

Meski tak sejalan

Namun kita akan terus menjaga nyala lilin persahabatan

Dan aku akan tetap memanggilmu ibu dengan penuh nada yang sayang

Senin, 03 November 2008

JALAN IMPIAN

Penantian ini seakan tak berujung
tak pernah jelas kapankah kau akan hadir
kau datang bagaikan kilat yang kemudian pergi sangat cepat

lalu kini kau ada dimana? sampai kapan aku harus berharap
sampai kapan aku harus berdebar

dikala kereta kencanamu melewati jalan impian,
aku berdiri untuk cinta
menghormat untuk kedatangan yang kunanti selalu

aku hanya bisa melihat wajahmu dari jauh
berusaha merekam wajahmu di balik kaca
agar kenangan bisa kujaga

aku ingin melihat lebih jauh lagi, hingga menembus lembaran syaraf terakhir
untuk tahu dimana peluhmu berceceran
saat kau mencari kehidupan

bolehkah sebentar saja kujabat tanganmu?
sambil membaca doa untuk kita saat lahir dulu
hanya itu yang aku mau...

bintang bersinar yang kugenggam di tanganku
selalu memantikkan serpihan cahaya keinginan
sinarnya mampu menembus tulang rusukmu
dan membuatnya seindah mawar

mawar yang melambangkan indahnya cinta
tulusnya rasa
dan aku hanya ingin memberimu sebentuk bahagia.