Minggu, 08 November 2015

Mengapa begitu jauh?

Mengapa begitu jauh?
Bahkan teleskop mahacanggih paling mutakhir tak akan bisa melihatnya
kerikil-kerikil yang entah dari mana mereka tahu aku disini,
seolah menahanku, berkata "Sudah, injak saja!"

walau aku tahu,
nanah, darah, dan semua sampah atas jelaga yang selama ini kuhirup
akan memakan kakiku sendiri.

Mengapa begitu jauh?
Jangankan cempaka kuning jingga,
Hitam biru coklat pun jauh sekali.

Cempakaku....
Hitam biru coklatku.....

Aku salah jalan?
morfin virtual yang terus kusaksikan
padahal aku sudah tahu ia akan merenggut selaput-selaput di jantungku

Terus menggerogoti, dan kerikil yang berlomba melubangi tirai kesadaranku akan keberadaannya.

Aku kini tak tahu akan menghela angin ini kemana.

Dan mengapa semuanya begitu jauh,
Jangankan cempaka kuning jingga.
Hitam biru coklat pun entah dimana.

Kadang cempaka lebih indah daripada permata.
Hanya hati yang tahu kenapa aku mengejarnya....

Minggu, 01 November 2015

Hitam, Biru, Coklat.

Hitam. Ujung hari
Yang mengajakku untuk merenung dalam muhasabah.
Segaris harapan baru yang semoga besok masih ada.
saat Tuhan turun menyapa hamba-Nya,
berkata "Aku sedekat ini, sesuai prasangkamu. Kau yakin kan, semua ini akan jadi nyata?"


Biru. Langit pagi yang selamanya begitu - mungkin hari berputar, tapi warna ini yang akan selalu aku bawa.
Yang aku cari ketika semua berubah kelabu, aku yakin kau masih disana, biru.

Coklat. warna tanah yang kuinjak.
Mengingatkan aku bahwa kepada tanah aku akan kembali nantinya.
Agar aku tak bersifat langit.

Hitam, biru, coklat - benang yang akan kugenggam nanti
Kurajut atas bimbingan mereka. Menjadi selendang yang membalutku selamanya
Dua tahun aku akan merajutnya, dengan tangan yang luka
Aku sudah sangat tahu jalan apa yang akan kutempuh,
dan karenanya aku percaya.

Kau akan membantuku membasuh dahaga yang memenuhi jiwa yang berjelaga,
oleh karena asap kelam yang kuhirup selama ini.

Tangan-Nya disalurkan lewat kalian semua. Ah, sensei.....

tunggu aku di pintu itu! aku akan merajut hitam biru coklat itu,
tanganku akan terulur di musim semi.
ambillah ketika angin pergantian musim itu berhembus.