Selasa, 24 April 2012

Matamu pita berenda

kau, satu-satunya pita berenda diantara dua rompi cargo yang digantung ibumu di jendelanya.
tapi aku tak bisa melihat mata ibumu disana....

kau, sebingkai imaji yang seakan ingin menunjukkan bahwa kau dibesarkan dalam udara yang sempurna.

aku tahu itu, mungkin kau tak tahu bahwa aku berdiri diatas menara tertinggi di barat daya. sehingga dari sini kau tampak sebagaimana mestinya.

kau sulamkan aku gambar kupu kupu di cardigan biru terang yang aku beli sesaat sebelum aku pergi ke ladang. kau bilang, itu seperti rencanaku.

aku meninggalkanmu ke ladang. kau mengejar.
rambut ikalmu berkibar-kibar. kincir angin kertas buatanmu yang kau genggam berputar.
gelembung sabun beterbangan, angin bertiup pelan.
kau bilang, "Hai, ibuku sangat suka melihatku seperti ini"

Nyawa Lebih Dari Satu

mungkin memang benar bahwa aku perlu nyawa lebih dari satu.
selembar kutaruh dirumahmu,
selembar kutaruh di tempat kerja ayahmu
dan selembar lagi di tempat kerja ibumu
selembar lagi di mobilmu

Ah, entah apa yang aku inginkan dari itu.
Tapi mungkin, dengan itu aku bisa belajar.... tentang bagaimana menggapai kalian.

tentang sepercik bensin ditengah api pendiangan.
tentang selembar confetti hitam di akhir konser Jamiroquai.

ah, terlalu indah, bukan?

namun aku tak seperti jendela yang semburat ungu.
ketika jejakmu kulukis kejinggaan, dan
terlingkarkan asa yang satu...

Aku mau kamu. Ralat, aku suka kalian. dan kalian tahu?
Ketika perjuangan itu dimulai, anak-anak yang kalian bina
membuatkan sebuah tarian untuk kalian.

We had joy, we had fun
We had seasons in the sun
but the hills that we climbed 
were just seasons out of time
We had joy, we had fun
we had seasons in the sun
but the wine and the songs
like the seasons have all gone


(Seasons in the Sun - ABBA)