Senin, 11 Februari 2013

Penyanyi ombak


Aku memutuskan untuk menyanyi di paduan suara ini,
dan itu berarti aku harus mereguk pagi
dengan berjalan perlahan
di pesisir pantai, batu-batu koral

Aku memutuskan untuk menyanyi di paduan suara ini,
kau minta aku untuk terus mencoba teriak
Semua nada yang diajarkan alam
Dan mencoba untuk lebih membahana
dari gaungan ombak, 
Dan hantamannya di dinding karang

Menjadikan melodi ini sejalan
dengan suara hati dedaunan yang menaungi
perjalanan menuju pantai ini....

Aku memutuskan untuk menyanyi di paduan suara ini,
dengan bertemankan ombak yang terus membuatku ingin
membahanakan melodi ini...
Aku hanya menyisir pesisir,
menatap kearah angin, agar tahu aku harus menyanyikan apa...
Aku hanya ingin menyanyi.
Aku hanya ingin langit mendengar melodiku.
Suara hati daun-daun kecil yang bernaung

Aku menyisir pesisir,
membiarkan ombak berdesir,
dan aku tidak pernah menyingkir.

Hingga desirannya meraih kakiku. Iya, kakiku.

Dan aku tidak melawan ketika ombak itu menarikku,
menghempasku, menghanyutkanku,
melemparku, menenggelamkanku....

Karena tugasku hanya menyanyi. Di pesisir ini.
Bukan berenang. apalagi mengayuh....

Aku memang tidak diciptakan untuk melawan hantaman gelombang. 
Aku diciptakan hanya untuk bernyanyi di pesisir.
Itulah mengapa, ketika gelombang menarikku,
aku hanya bisa membiarkan diriku tenggelam
Ke dasar palungmu....

tak bisa kulawan,
aku penyanyi, bukan perenang...
dan aku tidak tahu,
apakah salah jika aku tenggelam.


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Aku pertama kali baca ini sudah langsung suka. Ak masi blm nemu "masalah" di puisimu.. :D