Jumat, 15 Maret 2013

Apakah aku terpanggil lagi?

Merahnya,
rasa asin itu
dan bagaimana ia menyentuh
saat ia mengalir
entah sekarang jadi apa,
seperti apa tetesannya juga - ah, entah.

mungkinkah ia telah kering,
atau mungkin semakin menjadi
tapi aku tetap menjalankan tugasku....

lalu aku menerima lembar partitur itu.
aku mempelajarinya, dan - hey,
ada apa ini?
mengapa aku diminta menyanyikan lagu ini,
padahal saat ini hujan tengah bersemayam?

Saat aku sudah melaju menjauh,
menjauh seperti mundur
mungkin mencari sekawanan pinus
agar aku bisa bertemu gema dalam gulita

dan aku mendengar desingan itu dari arah laut

aku merasakan terpaan angin yang menggariskan bayanganmu,
membuatku mengira kau sedang mengangkat tanganmu
untuk melepaskan bintang yang kau genggam selama ini

Lalu, sekarang apa lagi?
Memang benar aku senang belajar,
karena lagu-lagu yang kautawarkan itu
semuanya seakan merekonstruksi pita suaraku.
dan mengantarku menjadi aku yang baru

Memang benar seluruh nadiku mengharapkan hembusan angin
yang tercipta dari hempasan tanganmu
agar hemoglobinku tetap menyalakan satu asa

namun ketika aku dihancurkan
oleh garis lingkaranmu
aku tak mau darahku tumpah disini,
akupun segera berlari agar kau tak terkena tetesannya.

(Menutup luka dengan apapun yang kutemukan didepanku - ah, tak tahu lagi kalo ternyata itu garam sama air jeruk lemon!)

aku tak tahu sejauh apa sudah aku pergi, hingga aku mendengar desingan itu,
dan aku tak tahu apa artinya ini.
Apakah aku boleh memakai jubah coklat itu lagi? berkalung syal kuning,
sambil membawa map hitam dari kulit sapi?

satu hal yang pasti, aku masih dan akan terus menyanyi....

Tidak ada komentar: