Sabtu, 22 November 2008

AKU TETAP MEMANGGILMU IBU (Ketika aku harus pergi dari sekolah ini)

Ketika lembar ke-15 dilukis pena hidupku

kala itulah kita bertemu

lewat dentang fisika yang mengalun diatas jiwa

kertas-kertas penuh dengan angka

formasi yang ingin disempurnakan jawabannya

tapi tangan kelu bisu tak bisa

menuntun membiru tinta

diatas kertas ulangan fisika

langkahku menyimpang dari apa yang aku minta

(ya udah, emang bukan jalanku taun depan ketemu fisika)

Ibu, meski kau tak ikut melahirkan aku

tapi disini kurasakan

ada talian yang sangat dalam

ketika doa aku panjatkan

disini, di tebing hati

ada damai merayapi jarak yang meninggi

kehangatan merambat memanjang

dan memformasikan wajah arifmu

ibu, aku selalu ingin menjadi sahabatmu

meski tak serumpun

dan bila harus berpisah

aku pasti masih mengingatmu

sebagai mutiara terindah sepanjang rok abu-ab

yang nanti akan aku rindu

(karena aku menyayangimu, ibu)

Terimakasih Ibu

Selama 3 tahun merengkuh aku

Yang berusaha menulis sajak diatas buku fisika

Meski tak sejalan

Namun kita akan terus menjaga nyala lilin persahabatan

Dan aku akan tetap memanggilmu ibu dengan penuh nada yang sayang

Tidak ada komentar: