Minggu, 26 Oktober 2008

Kilat perak di ujung cakrawala

Wahai kilat perak yang membahana di ujung cakrawala
Andainya aku adalah bunga yang berada di sini setiap masa
Aku ingin menjadi seperti dulu lagi
Karena untuk mendapatkanmu seperti menumbuhkan mawar yang tak berduri

Wahai kilat perak yang membahana di ujung cakrawala
Aku bukan burung gereja yang terbang bebas merdeka
Kini aku kecewa karena telah habis masa pengabdianku
Sehingga aku tak punya lagi alasan untuk menunggu

Teringat dulu ketika pintu itu kau buka
Serasa aku kau ajak terbang tinggi ke angkasa
Merasakan angin segar yang kau bawa
Dan menjadikan aku makhluk yang paling bahagia
Di saat langit senja berangsur biru tua
Kau menguraikan selembar demi selembar awan kelabu ‘tuk memudar di angkasa

Bawa aku pada negeri hidupmu yang sesungguhnya
Pegang tanganku sementara aku berusaha berjalan diatasnya
Tunjukkan aku tempat-tempat yang harus aku lalui
Dan dimana nanti kita akan berhenti
Sepanjang jalan impian dan kehidupan yang akan mengukuhkan satu mimpi
Dan cahaya rahmat Illahi yang bersinar abadi

Wahai kilat perak yang membahana di ujung cakrawala
Tolong kabari aku jika alasan buatku masih ada
Untuk menunggumu datang kembali
Walau aku harus terjun ke peraduan matahari


Ruang komputer, 15 Juli 2008

1 komentar:

meimeiletti mengatakan...

Wow, you've been really productive Nggi...
I've deserted my blog a long time ago.
Hehehe...
Payah deh pokoknya Mbak-mu yang ini, cuman anget2 tai ayam ajah, hehehe...

Anyway, nice writing Nggi...